masukkan script iklan disini
Jakarta,MNI. Warkop
kali ini bukanlah sebuah program lawak Dono Kasino Indro di stasiun televise, namun
Warkop benar-benar Warung Kopi disingkat Wakop yang kerap dijumpai di setiap
sudut-sudut kota sebagai tempat untuk sekedar melepas lelah sambil menyeruput
kopi panas, khususnya bagi kaum pria. Menjamurnya usaha Warkop yang buka dalam 24
jam terutama di kota-kota besar seperti Jakarta membuat setidaknya dapat membantu
kehidupan masyarakat kecil pelaku usaha Warkop, hal inilah yang membuat para
pelaku usaha Warkop asal Kabupaten Kuningan nekat membentuk sebuah komunitas
yang disebut Komunitas Anak-Anak Warkop Kuningan (KAWAK) untuk bertahan hidup dan
berusaha mengembangkan Warkop ala KAWAK di seluruh pelosok daerah sekaligus menjalin
silahturahmi antar pelaku usaha rakyat kecil itu.
Dalam pantauan MNI, warung kopi asal Kuningan ini
memang beda karena mempunyai cirri khas tersendiri, meraka berbeda dengan
warung-warung kopi lainnya asal Jawa Barat. Tampak dari desainer warungnya, warung
kopi asal Kuningan ini menggunakan panci atau dandang bubur kacang ijo dan air
putih yang berbaris menghadap meja caustamer dan tidak menyedikan kue pancong,
sebab menurut versi KAWAK, jika ada kue pancong maka itu Warkop asal daerah
Garut. Rasa kopi Warkop asal Kuningan juga tentunya berbeda dengan kopi dari
daerah lainnya, nikmatnya terasa ke hati.
Berawal dari obrolan ringan atas keprihatinannya
terhadap nasib pedagang kecil pelaku usaha Warkop yang sulit untuk mendapatkan
tempat dan modal untuk berjualan khususnya di Jakarta, maka nekat diprakarsai Edi
Rahmatika (26), sekelompok anak muda asal Kuningan pun membentuk Komunitas Anak
Anak Warkop Kuningan (KAWAK) yang saat ini diketuai oleh Edi sendiri. Edi
Rahmatika, pemuda asal Kabupaten Kuningan ini memiliki cita-cita untuk
memperjuangkan nasib pedagang kecil pelaku usaha Warkop yang tergabung dalam KAWAK,
“baru satu tahun ini kita mengadakan ulang tahun, untuk anggota member resminya
yang tersebar di beberapa daerah berjumlah sekitar 300 anggota termasuk ada
yang dari daerah lain seperti Lampung, Semarang, Yogyakarta dan lain-lain,
tujuan dibentuknya KAWAK ini untuk menjaga dan memupuk persaudaraan antar pedagang
asal Kuningan termasuk untuk menjaga dan mengangkat nama baik Kota dan
Kabupaten Kuningan, selain itu terutama bagaimana mempertahankan kelangsungan
usaha untuk bertahan hidup para pelaku usaha Warkop rakyat kecil ini” jelas Edi
saat di jumpai wartawan MNI di Bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Selatan tepat di salah
satu tempat usaha anggota KAWAK yang diberinama Warkop 2 Putri, pada Jum’at malam
(25/02/2016).
Komunitas Anak Anak Warkop Kuningan (KAWAK) yang berdiri
pada tanggal 14 Oktober 2014 lalu ini,
menurut Edi, dari sisi keuntungan pedagang ada yang dikelola untuk kegiatan
sosial bagi para anggota KAWAK, termasuk salah satunya pelaku usaha Warkop pada
organisasi KAWAK ini pernah menyumbangkan bencana Kabut Asap Riau melalui ACT
(Aksi Cepat Tanggap), “selain itu jika ada anggota kami yang sakit kami, maka
itu sudah menjadi tugas dan kewajiban kami walaupun besaran iuran per anggota hanya
Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per bulan, rencananya sekarang sedang berusaha
mendirikan Koperasi KAWAK” terang Edi. Dengan nada penuh semangat 45, Edi berharap
semua anggotanya tetap solid dan pihaknya akan terus memperbanyak anggota, “semoga
tetap solid menjalin kekeluargaan dan bertambah anggota, soal kepedulian
pemerintah kami kembalikan pada pemerintah sendiri baik pemerintah pusat, DKI
Jakarta, ataupun Pemda Kuningan, kami tidak berharap banyak, tetapi minimal
bisa mempermudah anggota kami mengajukan pinjaman modal usaha kepada pihak
bank, sebab Warkop KAWAK ini sudah memiliki tiga cabang Warkop di Jakarta”
pungkas Edi kepada MNI./Wasim