masukkan script iklan disini
Mahmudi Ibnu Khotib
MNi/ Bangkalan. Seorang pemuda Bangkalan mengaku muak lalu dengan suara
parau ia mengatakan kondisi daerah Bangkalan saat ini berjalan abnormal, mulai
dari proses penegakan hukum yang tidak adil, kesenjangan sosial, perilaku
kekerasan hingga korupsi. Pemuda itu tak lain adalah Mahmudi Ibnu Khotib, sang
aktivis Bangkalan yang kerap menyuarakan anti korupsi di Bangkan, Madura.
Menurut Ibnu, puisi karya Adhie Massardi tentang “negeri
para bedebah” patut dinobatkan untuk kondisi Bangkalan saat ini dengan adanya
fenomena gaya hidup pemimpinnya penuh kemewahan namun rakyatnya makan dari
mengais sampah atau jadi kuli di negeri orang, terutama penganiaayan atau tindak diskriminasi terhadap
para pejuang kebenaran di Bangkalan dapat menjadi draft tersendiri untuk
menyebut Bangkalan sebagai "negeri para bedebah".
Dalam pusi itu, Adhie Massardi menggambarkan kemunafikan,banyak
orang baik dan bersih dianggap bersalah serta menipu rakyat dengan pencitraan
menjadi lumrah karena hanya penguasa yang boleh marah, sedangkan rakyat hanya
bisa pasrah. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan sikon masyarakat Bangkan,
Madura saat ini. Proses hukum berbelit-belit yang menyeret mantan bupati Bangkalan
Fuad Amin dalam kasus korupsi, kata Ibnu, menjadi contoh dengan sikap terdakwah
yang selalu sok kaya dan sok hebat memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan
semata.
Bangkalan saat ini, lanjut Ibnu Khotib, krisis akut
kepemimpinan karena dari sisi hukum maupun kepentingan sosial ekonomi selalu
didasari kepentingan transaksional, bukan kepentingan rakyat. Kini kepercayaan
masyarakat sudah ternodai dengan berbagai kondisi ekonomi sosial masyarakat Bangkalan
yang semakin amburadul, “pemerintah Bangkalan sudah mati suri” katanya. Belum
lagi, lanjut Ibnu, kerugian negara puluhan miliar atas tindak perbuatan para
penyelenggara kebijakan pemerintah daerah Bangkalan, termasuk pemalsuan SPJ Bupati
masih menyimpan luka yang sangat dalam bagi masyarakat Bangkalan.
Ironisnya, suara kebenaran aktivis Bangkalan selalu berusaha
untuk dibungkam dengan berbagai cara, namun kami tidak akan berhenti, “perjuangan
kami belum berakhir” kata Ibnu. Hanya hak rakyat kecil dan tatanan pemerintahan
yang adil dan makmur menjadi prioritas perjuangan kaum aktivis Bangkan./ Nas