Iklan

Aktivis Salim Dibunuh, Presiden Jokowi "Ngamuk"

Tuesday, September 29, 2015, 4:51:00 AM WIB Last Updated 2022-02-13T15:20:44Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

MNi/ Jakarta. Tragedi yang menyobek ulu hati para aktivis pejuang kebenaran terutama warga di Kecamatan Pasiran, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur atas penganiayaan dan pembunuhan aktivis Salim Kancil warga Desa Selok Awar-Awar pada Sabtu (26/9/2015) kemarin, bak membangkitkan memori luka lama rakyat Indonesia atas tragedi pembunuhan para aktivis secara kejam dan sadis pada masa-masa sebelumnya. Presiden Joko Widodo menyatakan rasa prihatinnya dan memerintahkan secara langsung kepada Kapolri agar segera mengusut tuntas kasus pembantaian aktivis Salim dan rekannya Tosan itu, “sangat disayangkan dan presiden pun prihatian atas kekerasan yang terjadi terhadap konflik-konflik lahan agrarian seperti itu, nanti akan ada semacam guidan kepada Polri supaya jangan menggunakan kekerasan terhadap konflik-konflik lahan, seperti antara masyarakat dengan pengusaha” kata Kepala Staf Presiden RI Teten Masduki kepapa wartawan di Instana pada Selasa (29/09/2015).

Insiden pembantaian yang terjadi pada Sabtu (26/9/2015) kemarin itu disebabkan aktivis Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa (FKMPD) Salim dan rekannya Tosan menolak adanya penambangan pasir liar di desanya. Kejadian tragis itu pertama kalinya menimpa Tosan yang diserbu oleh sekitar 40 orang dari kelompok pro penambangan yang diduga kuat dibekingi pihak perusahaan tambang, “Tosan dijemput paksa di rumahnya oleh puluhan orang yang membawa pentungan kayu, celurit dan batu, lalu mengeroyoknya” kata Tim Investigasi Kontras Surabaya, Fatkhul Khoir Fatkhul pada Senin (28/9/2015) kemarin. Tosan kemudian diseret ke lapangan dan dihajar lalu digilas beberapa kali dengan sepeda motor para pelaku sehingga Tosan mengalami luka berat dalam insiden itu. Tosan kemudian dilarikan ke Puskesmas Pasiran untuk kemudian dirujuk ke RSUD Lumajang lalu ke RS Bhayangkara Lumajang. 

Setelah puas menghajar Tosan, para pelaku lalu bergerak mencari Salim Kancil ke rumahnya. Kondisi Salim saat itu, kata Fatkhul, sedang menggendong cucunya. Segerombolan orang yang diduga sebagai preman bayaran pengusaha tambang itu lalu mengikat Salim dan menyeretnya menuju Balai Desa Selok Awar-Awar yang berjarak kurang lebih 2 Km dari rumah Salim sambil dihajar dengan senjata dan disaksikan para warga setempat yang ketakutan dengan aksi brutal para preman itu. Sesampainya di dalam ruangan balai desa, terang Fatkhul, aktivis Salim kemudian disetrum dengan alat listrik yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh kelompok preman tersebut. Para perangkat desa hanya diam menyaksikan adegan sadis yang menimpa Salim. Salim Kancil pun akhirnya tewas dalam posisi telungkup di antara batu dan kayu yang berserakan di balai desa Selok Awar-Awar.

Pembantaian aktivis Salim dan Tosan di Lumajang itu turut dinilai sebagai peristiwa sadis oleh Kepala Staf Presiden RI Teten Masduki Staff. Presiden, kata Teten, telah memerintahkan Kapolri untuk segera mengusut tuntas kasus pembantaian aktivis yang menolak tambang liar tersebut, “Presiden sudah memerintahkan Kapolri untuk mengusut kasus itu, kami sendiri dari kantor KSP akan memantau terus” tegas Teten. Padahal sebelumnya, menurut Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang, sebelum insiden brutal yang menewaskan Salim, Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, sudah mengadukan ancaman yang dialamatkan kepada warga penolak tambang kepada pihak kepolisian, “pada Tanggal 11 September 2015, forum sudah melaporkan secara resmi ancaman terhadap Tosan ke Polsek Pasirian, tetapi laporan itu tidak mendapatkan tanggapan atau tidak diproses” katanya Tim Advokasi seperti yang dilansir Republika.co.id. Tim Advokasi itu menjelaskan, penolakan warga terhadap aktivitas pertambangan sudah berlangsung lama./Cep
Komentar

Tampilkan

Terkini