Iklan

Dana Rehabilitasi “Digarong” Oknum IPWL dan Dokter?

Saturday, January 30, 2016, 9:12:00 PM WIB Last Updated 2022-02-13T15:20:44Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

#Pekanbaru/MNi. Luar binasa, bukan main rupanya korupsi sudah tidak pandang bulu dan tidak lagi mengenal etika hidup. Betapa tidak, di tengah gencarnya pemberantasan narkoba oleh Mabes Polri, di lain pihak dana untuk rehabilitasi para penderita Narkotika Alkohol  Psikotropika  dan Zat Adiktif ( NAPZA) pun disinyalir digasak oleh Pengelola IPWL Satu Bumi dan dokter yang diketahui bernama Uvirda Featured. ”Dana untuk penderita NAPZA per orangnya diberikan Rp 2 juta, tapi sayangnya hanya diberikan kepada 10 orang saja, itupun yang diberikan secara simbolis kepada 3 orang, sedangkan 7 orang lagi itu diberikan setalah ada desakan dari kami” tegas mantan aktifis Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), Oloan Pasaribu S.Sos kepada MNi pada Selasa (25/01/16).

Dana untuk para penderita Narkotika Alkohol  Psikotropika  dan Zat Adiktif ( NAPZA) itu diketahui seharusnya diperuntukan kepada 30 orang penderita yang dikelola langsung oleh Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dibawah naungan Yayasan Satu Bumi, namun dana tersebut hanya diberikan kepada 10 orang, dan sisinya diduga digarong. Terbongkarnya kasus ini berawal dari adanya kecurigaan dari peserta rehabilitasi yang menganggap adanya usaha menutup-nutupi dari pihak yayasan terhadap Surat Edaran (SE) Kemensos RI, tidak ada satu pun para penderita peserta rehabilitasi tersebut yang tau isi SE Kemensos tersebut. Menurut Oloan Pasaribu,pihaknya menduga dana rehabilitasi tersebut dikorupsi oleh Yayasan Satu Bumi, “sementara  keberadaan SE Kemensos itu entah dimana, seolah-olah tidak terbuka untuk publik atau sengaja ditutup-tutupi padahal SE Kemensos itu berkaitan dengan realisasi dana bantuan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Tahun Anggaran 2015 yang bersumber dari dana APBN” kata Oloan dengan nada kesal.

Selain itu, lanjut Oloan Pasaribu,keganjilan lainnya dilihat dari adanya perihal SE Kemensos RI kepada IPWL Yayasan Satu Bumi  telah terjadi pencatutan nama Direktur NAPZA Kementerian Sosial RI, Drs.Waskito Budi Kusumo,M.Si. Keganjilan pasca penyerahan bantuan dana secara simbolis kepada 3 orang peserta dari Kementrian Sosial RI kepada puluhan pemegang kartu IPWL Satu Bumi yakni jumlah peserta keselurahan 30 orang, peserta mendapatkan bantuan sebesar Rp 2 juta per orang, namun setelah terjadi konflik internal di yayasan maka kemudian diputuskan pimpinan yayasan Satu Bumi, Wanton, SH, MH, M.Si melaui Program Managernya Yelisa Putri, S Psi, agar penerima dana tersebut menjadi 10 orang, “sampai saat ini tidak ada peserta NAPZA pun yang tau berapa hak mereka menerima dana tersebut” kata Oloan.
 Keganjilan lain pun, terang Oloan, pada  bulan Oktober 2015 lalu dana itu diserahkan sementara SE Kemensos baru keluar pada bulan November, “ketika ditanya hal ini, ternyata surat tersebut ada di tangan Dr. Uvirda selaku tenaga medis IPWL Satu Bumi” katanya. Selain menjadi tenaga medis di IPWL, Dr.Uvirda juga merupakan pimpinan Klinik Ummi Medica dan sebagai salah seorang PNS di Puskemas Kota Pekanbaru, “kok bisa SE itu adanya di klinik itu?, bahkan ada SMS Yelisa kepada saya yang isinya ‘udah sama bu Dr.Uvirda bg Surat Edaran itu, gak ada pertinggal sama Yesi’ begitu” ujar Oloan.

Direktur Napza Kementerian Sosial R.I. Drs.Waskito Budi Kusumo,M.Si mengatakan, semua peserta NAPZA yang mendapatkan bantuan itu sebanyak 30 orang, “okelah kalau memang 10 orang yang menerima dana itu, ini artinya selain korupsi, SE itupun dimanipulasi seolah-olah mencatut nama Kemensos RI dengan keputusan 10 peserta itu yang menerima dana itu” tegas Oloan. Masih menurut Oloan, Dr. Uvirda yang paling bertanggungjawab, “karena dialah yang membagikan dana itu’ katanya. Sementara itu ketika persoalan ini dikonfirmasikan kepada Dr. Uvirda, pihaknya mengakui SE itu ada ditangannya, “ada pada saya, tapi soal pembagian dananya bukan saya, tanyakan saja langsung kepada pimpinan Yayasan Satu Bumi , Wanton atau kepada Yelisa sebab nama saya kan tidak terdapat di struktur organisasi Satu Bumi” jelas Uvirda. Lain halnya menurut Yelisa, “datang saja ke sekretariat Yayasan Satu Bumi, biar kami jelaskan tentang SE Kemensos RI itu agar tidak terjadi miss komunikasi” katanya melalui telepon selullernya. Hingga saat ini Wanto dan Yelisa terkesan menghidar dari pemburu berita./ Windy P


Komentar

Tampilkan

Terkini

advertorial

+