masukkan script iklan disini
#Pekanbaru/MNi. Luar binasa, bukan main rupanya korupsi sudah tidak pandang
bulu dan tidak lagi mengenal etika hidup. Betapa tidak, di tengah gencarnya
pemberantasan narkoba oleh Mabes Polri, di lain pihak dana untuk rehabilitasi para
penderita Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif ( NAPZA) pun
disinyalir digasak oleh Pengelola IPWL Satu Bumi dan dokter yang diketahui
bernama Uvirda Featured. ”Dana untuk penderita NAPZA per orangnya diberikan Rp
2 juta, tapi sayangnya hanya diberikan kepada 10 orang saja, itupun yang
diberikan secara simbolis kepada 3 orang, sedangkan 7 orang lagi itu diberikan setalah
ada desakan dari kami” tegas mantan aktifis Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
(RBM), Oloan Pasaribu S.Sos kepada MNi pada Selasa (25/01/16).
Dana untuk para
penderita Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif ( NAPZA)
itu diketahui seharusnya diperuntukan kepada 30 orang penderita yang dikelola
langsung oleh Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dibawah naungan Yayasan
Satu Bumi, namun dana tersebut hanya diberikan kepada 10 orang, dan sisinya
diduga digarong. Terbongkarnya kasus ini berawal dari adanya kecurigaan dari
peserta rehabilitasi yang menganggap adanya usaha menutup-nutupi dari pihak
yayasan terhadap Surat Edaran (SE) Kemensos RI, tidak ada satu pun para
penderita peserta rehabilitasi tersebut yang tau isi SE Kemensos tersebut.
Menurut Oloan Pasaribu,pihaknya menduga dana rehabilitasi tersebut dikorupsi
oleh Yayasan Satu Bumi, “sementara keberadaan SE Kemensos itu entah
dimana, seolah-olah tidak terbuka untuk publik atau sengaja ditutup-tutupi
padahal SE Kemensos itu berkaitan dengan realisasi dana bantuan Rehabilitasi
Berbasis Masyarakat (RBM) Tahun Anggaran 2015 yang bersumber dari dana APBN”
kata Oloan dengan nada kesal.
Selain itu, lanjut Oloan
Pasaribu,keganjilan lainnya dilihat dari adanya perihal SE Kemensos RI
kepada IPWL Yayasan Satu Bumi telah terjadi pencatutan nama Direktur NAPZA
Kementerian Sosial RI, Drs.Waskito Budi Kusumo,M.Si. Keganjilan pasca
penyerahan bantuan dana secara simbolis kepada 3 orang peserta dari Kementrian
Sosial RI kepada puluhan pemegang kartu IPWL Satu Bumi yakni jumlah peserta
keselurahan 30 orang, peserta mendapatkan bantuan sebesar Rp 2 juta per orang, namun
setelah terjadi konflik internal di yayasan maka kemudian diputuskan pimpinan
yayasan Satu Bumi, Wanton, SH, MH, M.Si melaui Program Managernya Yelisa Putri,
S Psi, agar penerima dana tersebut menjadi 10 orang, “sampai saat ini tidak ada
peserta NAPZA pun yang tau berapa hak mereka menerima dana tersebut” kata
Oloan.
Keganjilan lain pun, terang Oloan, pada
bulan Oktober 2015 lalu dana itu diserahkan sementara SE Kemensos baru keluar
pada bulan November, “ketika ditanya hal ini, ternyata surat tersebut ada di
tangan Dr. Uvirda selaku tenaga medis IPWL Satu Bumi” katanya. Selain menjadi
tenaga medis di IPWL, Dr.Uvirda juga merupakan pimpinan Klinik Ummi Medica dan
sebagai salah seorang PNS di Puskemas Kota Pekanbaru, “kok bisa SE itu adanya
di klinik itu?, bahkan ada SMS Yelisa kepada saya yang isinya ‘udah sama bu Dr.Uvirda
bg Surat Edaran itu, gak ada pertinggal sama Yesi’ begitu” ujar Oloan.
Direktur Napza
Kementerian Sosial R.I. Drs.Waskito Budi Kusumo,M.Si mengatakan, semua peserta
NAPZA yang mendapatkan bantuan itu sebanyak 30 orang, “okelah kalau memang 10
orang yang menerima dana itu, ini artinya selain korupsi, SE itupun dimanipulasi
seolah-olah mencatut nama Kemensos RI dengan keputusan 10 peserta itu yang
menerima dana itu” tegas Oloan. Masih menurut Oloan, Dr. Uvirda yang paling
bertanggungjawab, “karena dialah yang membagikan dana itu’ katanya. Sementara
itu ketika persoalan ini dikonfirmasikan kepada Dr. Uvirda, pihaknya mengakui SE
itu ada ditangannya, “ada pada saya, tapi soal pembagian dananya bukan saya,
tanyakan saja langsung kepada pimpinan Yayasan Satu Bumi , Wanton atau kepada
Yelisa sebab nama saya kan tidak terdapat di struktur organisasi Satu Bumi”
jelas Uvirda. Lain halnya menurut Yelisa, “datang saja ke sekretariat Yayasan
Satu Bumi, biar kami jelaskan tentang SE Kemensos RI itu agar tidak terjadi
miss komunikasi” katanya melalui telepon selullernya. Hingga saat ini Wanto dan
Yelisa terkesan menghidar dari pemburu berita./ Windy P