masukkan script iklan disini
MNi./Sukabumi. Di tengah program pemerintah
terus berbenah, di penghujung euphoria kemenangan kepala daerah yang baru di
Kabupaten Sukabumi, publik kembali dibuat lesu menyaksikan betapa malangnya
derita seorang nenek bersama cucu bayinya yang tinggal dan bertahan hidup di
sebuah Watter Close (WC). Menjerit, jari tangan seolah tak mampu lagi mengetik
kalimat untuk berita ini, hati menggerutu bahkan mengutuk, entah siapa yang
pantas dikutuk. Derbi, nama yang begitu indah dengan wajah mungil balita
berusia 3 (tiga) tahun ini terpaksa harus mengalami nasib malang. Derbi tinggal bersama
neneknya Ate (40) di sebuah Watter Close (WC) yang berlokasi tepat di Kampung
Sirnagalih RT. 03/Rw.29 Kelurahan Pelabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, pusat
dari ibu kota Kabupaten Sukabumi.
Derbi, sang bayi malang ini bertahan hidup
bersama neneknya karena ibunya Derbi diketahui saat ini sedang mencari nafkah
merantau di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), “tapi saya juga tidak
tahu, apa jenis pekerjaan ibunya Derbi disana” kata Ate kepada MNi pada Senin
(25/01/2016). Sebelum menempati WC itu, Ate bersama cucunya tinggal bersama
orang tuanya Ate atau buyutnya Derbi di kampung yang sama, hanya berbeda lokasi
RTnya saja yakni di RT 04/29, “dulu, saya tinggal bersama orang tua saya di RT
sebelah, tetapi karena rumah itu dijual dan harus dibagikan kepada saudaranya
yang lain, terpaksa saya bersama cucu saya harus tinggal disini, kami tidak
punya tempat tinggal lagi” papar Ate dengan nada serak.
Ate (40), janda yang ditinggal wafat suaminya
empat tahun lalu itu mengaku sudah mendapatkan izin dari RT setempat untuk
menempati WC sebagai tempat tinggalnya, ironisnya ketua RW setempat ikut membenarkan
keberadaan Ate bersama cucu balitanya itu. Saat dikonfirmasi MNi, Ketua RW 29,
Ateng, membenarkan keberadaan warganya yang menempati salah satu WC dari empat
WC umum yang ada di lingkungannya tersebut, “waktu dulu ia (Ate,Red) sempat
ingin menyewa rumah kontrakan di daerah Citepus PAM, tapi karena himpitan
ekonomi membuatnya tidak kuat dan tidak jadi mengontrak rumah itu, sehingga
akhirnya ibu Ate minta ijin menempati WC untuk sekedar tidur saja” kata Ateng.
Warga sekitar pun, lanjut Ateng, tidak keberatan salah satu WC umum yang ada di
lingkungannya dijadikan tempat tinggal sementar oleh Ate dan cucunya sebelum ia
memiliki tempat tinggal yang layak./Malik