Iklan

Astaga, Balita dan Neneknya Terpaksa Menjadi Penghuni WC

Monday, January 25, 2016, 8:09:00 AM WIB Last Updated 2022-02-13T15:20:44Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


MNi./Sukabumi. Di tengah program pemerintah terus berbenah, di penghujung euphoria kemenangan kepala daerah yang baru di Kabupaten Sukabumi, publik kembali dibuat lesu menyaksikan betapa malangnya derita seorang nenek bersama cucu bayinya yang tinggal dan bertahan hidup di sebuah Watter Close (WC). Menjerit, jari tangan seolah tak mampu lagi mengetik kalimat untuk berita ini, hati menggerutu bahkan mengutuk, entah siapa yang pantas dikutuk. Derbi, nama yang begitu indah dengan wajah mungil balita berusia 3 (tiga) tahun ini terpaksa harus mengalami nasib malang. Derbi tinggal bersama neneknya Ate (40) di sebuah Watter Close (WC) yang berlokasi tepat di Kampung Sirnagalih RT. 03/Rw.29 Kelurahan Pelabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, pusat dari ibu kota Kabupaten Sukabumi.

Derbi, sang bayi malang ini bertahan hidup bersama neneknya karena ibunya Derbi diketahui saat ini sedang mencari nafkah merantau di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), “tapi saya juga tidak tahu, apa jenis pekerjaan ibunya Derbi disana” kata Ate kepada MNi pada Senin (25/01/2016). Sebelum menempati WC itu, Ate bersama cucunya tinggal bersama orang tuanya Ate atau buyutnya Derbi di kampung yang sama, hanya berbeda lokasi RTnya saja yakni di RT 04/29, “dulu, saya tinggal bersama orang tua saya di RT sebelah, tetapi karena rumah itu dijual dan harus dibagikan kepada saudaranya yang lain, terpaksa saya bersama cucu saya harus tinggal disini, kami tidak punya tempat tinggal lagi” papar Ate dengan nada serak.


Ate (40), janda yang ditinggal wafat suaminya empat tahun lalu itu mengaku sudah mendapatkan izin dari RT setempat untuk menempati WC sebagai tempat tinggalnya, ironisnya ketua RW setempat ikut membenarkan keberadaan Ate bersama cucu balitanya itu. Saat dikonfirmasi MNi, Ketua RW 29, Ateng, membenarkan keberadaan warganya yang menempati salah satu WC dari empat WC umum yang ada di lingkungannya tersebut, “waktu dulu ia (Ate,Red) sempat ingin menyewa rumah kontrakan di daerah Citepus PAM, tapi karena himpitan ekonomi membuatnya tidak kuat dan tidak jadi mengontrak rumah itu, sehingga akhirnya ibu Ate minta ijin menempati WC untuk sekedar tidur saja” kata Ateng. Warga sekitar pun, lanjut Ateng, tidak keberatan salah satu WC umum yang ada di lingkungannya dijadikan tempat tinggal sementar oleh Ate dan cucunya sebelum ia memiliki tempat tinggal yang layak./Malik
Komentar

Tampilkan

Terkini

advertorial

+